Psikologi
adalah sebuah bidang ilmu
pengetahuan
yang mempelajari mengenai perilaku dan kognisi manusia. Menurut asal katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno: "ψυχή"
(Psychē yang berarti jiwa) dan "-λογία" (-logia yang
artinya ilmu) sehingga secara etimologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang
mempelajari tentang jiwa.
Manusia
Manusia
adalah manusia yang harus dididik, hal itu tidak terlepas dari potensi
psikologis yang diiniliki oleh tiap-tiap individu. Mencerdaskan daya pikir
manusia dengan melalui mata pelajaran “menulis, membaca dan berhitung” atau
lebih dikenal dengan istilah 3R (writing, reading and arithmetic). Akan tetapi,
sesuai dengan perkembangan serta tuntutan hidup manusia sehingga tugas tersebut
semakin bertambah dan meluas, yaitu kecuali mencerdaskan otak yang terdapat
dalam kepala juga mendidik ahklak atau moralitas yang berkembang dari dalam
hati atau dada. Oleh karena itu, semakin meningkatnya rising demands (kebutuhan
yang meningkat) maka akhirnya manusia ingin mendidik pula kecekatan atau
ketrampilan tangan untuk bekerja terampil.
Manusia
merupakan mahkluk hidup yang lebih sempurna apabila dibandingkan dengan
mahkluk-mahkluk hidup yang lain. Akibat dari unsur kehidupan yang ada pada
manusia, manusia berkembang dan mengalaini perubahan-perubahan, baik perubahan
dan segi psikologis ataupun pisiologis. Bagaimana manusia berkembang akan
dibicarakan secara mendalam pada psikologi perkembangan sebagai salah satu
psikologi khusus yang membicarakan tentang masalah perkembembangan manusia
dalam kesempatan ini akan diketengahkan mengenai faktor-faktor yang akan
menentukan dalam perkembangan manusia. Mengenai faktor yang menentukan
perkembangan manusia ternyata terdapat bermacam-macam pendapat dari para ahli,
sehingga pendapat itu menimbulkan bermacam-macarn teori mengenai perkembangan
manusia.
Setiap manusia mempunyai pola pertumbuhan dan
perkembangan yang berbeda. Hal ini dapat dipengaruhi dari berbagai faktor,
yaitu faktor dari dalam (faktor yang ada dalam diri manusia itu sendiri, faktor
hereditas: bawaan/warisan) dan faktor luar (faktor lingkungan). Dengan faktor
bawaan tertentu dan disertai dengan faktor lingkungan yang tertentu pula maka
akan menghasilkan pola pertumbuhan dan perkembangan tertentu pula.
Masing-masing individu lahir ke dunia dengan
suatu hereditas tertentu. Ini berarti bahwa, karakteristik individu diperoleh
melalui pewarisan atau pemindahan dari cairan-cairan “germinal’ dari pihak
orang tuanya. Di samping itu individu tumbuh dan berkembang tidak lepas dari
lingkungannya, baik lingkungan fisik, lingkungan psikologi, maupun lingkungan
social. Setiap pertumbuhan dan perkembangan yang kompleks merupakan hasil
interaksi dari hereditas dan lingkungan.
Dalam perkembangannya para ahli telah banyak
mencari tentang hal ini, dan ada beberapa pendapat tentang hal ini yaitu :
a.
Aliran nativisme
Aliran ini berpendapat bahwa segala
perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh factor-faktor yang dibawa sejak
lahir. Pembawaan yang telah terdapat pada waktu dilahirkan itulah yang
menentukan hasil perkembangannya. Menurut nativisme pendidikan tidak bisa
mengubah sifat-sifat pembawaan. Jadi, kalau benar pendapat tersebut, maka
percumalah kita mendidik, atau dengan kata lain : pendidikan tidak perlu.
Dalam ilmu pendidikan ini di sebut pesimisme paedagogis.
Sebagai contoh, jika sepasang orang tua ahli
musik, maka anak-anak yang mereka lahirkan akan menjadi pemusik pula. Harimau
pun hanya akan melahirkan harimau, tak akan pernah melahirkan anak domba. Jadi,
pembawaan dan bakat orang tua selalu berpengaruh mutlak terhadap perkembangan
kehidupan anak-anaknya.
Ambillah contoh sepasang suami-istri yang
memiliki keistimewaan di bidang politik, tentu anaknya menjadi politikus pula. namun,
apabila lingkungan, khususnya lingkungan pendidikannya tidak mendukung,
misalnya karena ia memasuki sekolah pertanian, sudah tentu ia tak akan pernah
menjadi politisi, tetapi menjadi petani.
b.
Aliran empirisme
Aliran ini mempunyai pendapat yang berlawanan
dengan kaum nativisme. Mereka berpendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi
manusia dewasa itu sama sekali ditentukan oleh lingkungannya atau oleh
pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil. Manusia-manusia dapat
dididik menjadi apa saja ( kea rah yang baik maupun kea rah yang buruk )
menurut kehendak lingkungan atau pendidik – pendidiknya. Dalam pendidikan,
pendapat kaum empiris ini terkenal dengan nama optimisme paedagogis.
c.
Hukum konvergensi
Hukum ini berasal dari ahli psikologi bangsa
jerman bernama William stern. Ia berpendapat bahwa pembawaan dan lingkungan
kedua-duanya menentukan perkembangan manusia. Perkembangan manusia bukan hasil
belaka dari pembawaannya dan lingkungannya. Manusia tidak hanya diperkembangkan
tetapi ia memperkembangkan dirinya sendiri.
Manusia adalah makhluk yang dapat dan sanggup
memilih dan menentukan sesuatu mengenai dirinya sendiri dengan bebas. Sebagai
kesimpulan dapat kita katakan : jalan perkembangan manusia sedikit banyak
ditentukan oleh pembawaan yang turun – temurun yang oleh aktivitas dan
pemilihan atau penentuan manusia sendiri yang dilakukan dengan bebas dibawah
pengaruh lingkungan yang tertentu berkembang menjadi sifat-sifat.
Lingkungan
( Environment )
Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan
dan perkembangan anak. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan
anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat anak bergaul juga bermain
sehari-hari dan keadaan sekitar dengan iklimnya, flora dan faunanya.
Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap
pertumbuhan dan perkembangannya bergantung pada keadaan lingkungan anak itu
sendiri serta jasmani dan rohaninya.
a. Keluarga
Keluarga, tempat anak diasuh dan dibesarkan,
berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangannya, terutama keadaan
ekonomi rumah tangga serta tingkat kemampuan orangtua dalam merawat yang sangat
besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan jasmani anak. Sementara tingkat
pendidikan orang tua juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan rohaniah
anak, terutama kepribadian dan kemajuan pendidikannya.
b. Sekolah
Sekolah merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak terutama untuk kecerdasannya.
Anak yang tidak pernah sekolah akan tertinggal dalam berbagai hal. Sekolah
sangat berperan dalam meningkatkan pola pikir anak, karena di sekolah mereka
dapat belajar bermacam-macam ilmu pengetahuan. Tinggi rendahnya pendidikan dan
jenis sekolahnya turut menentukan pola pikir serta kepribadian anak.
Anak yang memasuki sekolah guru berbeda
kepribadiannya dengan anak yang masuk STM. Demikian pula yang tamat dari
sekolah tinggi akan berbeda pola pikirnya dengan orang yang tidak bersekolah.
c. Masyarakat
Masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal
anak. Mereka juga termasuk teman-teman anak di luar sekolah. Kondisi orang-orang
di lingkungan desa atau kota tempat tinggal anak juga turut mempengaruhi
perkembangan jiwanya.
d. Keadaan Alam sekitar
Kedaan alam sekitar tempat tinggal anak juga
berpengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Alam tempat tinggal manusia
memiliki bentuk yang berbeda, seperti pegunungan, dataran rendah dan daerah
pantai. Keadaan alam sekitar adalah lokasi tempat anak bertempat tinggal.
Sebagai contoh, anak yang tinggal di daerah pegunungan akan cenderung bersifat
lebih keras daripada anak yang tinggal di daerah pantai, anak yang tinggal di
daerah dingin akan berbeda dengan anak yang tinggal di daerah panas. Perbedaan
di atas adalah akibat pengaruh keadan alam yang berbeda. Keadaan alam yang
berbeda akan berpengaruh terhadap perkembangan pola pikir atau kejiwaan anak.
Macam-macam
lingkungan
Sartain seorang ahli psikolog di amerika
mengatakan bahwa apa yang dimaksud dengan lingkungan ( environment ) ialah
meliputi semua kondisi – kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu
mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan, atau life processes
kita kecuali gen-gen, dan bahkan gen-gen dapat pula dipandang sebagai
menyiapkan lingkungan ( to provide environment) bagi gen yang lain.
Menurut devinisi yang luas ini ternyata bahwa di
dalam lingkungan kita, di sekitar kita tidak hanya terdapat sejumlah besar
factor-faktor lain yang banyak sekali. Yang secara potensial sanggup/ dapat
mempengaruhi kita. Akan tetapi lingkungan kita yang actual (yang sebenarnya)
hanyalah factor – factor dalam dunia sekeliling kita. Yang benar-benar
mempengaruhi kita.
Menurut
sartain lingkungan itu dapat di bagi menjadi tiga bagian, sebagai berikut :
1. Lingkungan alam/luar ( external or
physical environment )
2. Lingkungan dalam ( internal environment )
3. Lingkungan social/ masyarakat ( social
environment ).
Yang dimaksud dengan lingkungan alam/luar ialah segala sesuatu yang ada dalam
dunia ini yang bukan manusia, seperti : rumah, tumbuh-tumbuhan,air,iklim,
hewan, dan sebagainya.
Yang dimaksud dengan lingkungan dalam ialah segala sesuatu yang termasuk
lingkungan luar, atau alam. Akan tetapi makanan yang sudah di dalam perut kita,
kita katakan berada antara eksternal dan internal environment kita. Karena
makanan yang sudah dalam perut itu sudah atau sedang dalam pencernaan dan
peresapan ke dalam pembuluh-pembuluh darah. Makanan dan air yang telah berada
di dalam pembuluh darah atau di dalam cairan limfa, mereka mempengaruhi
tiap-tiap sel di dalam tubuh, dan benar-benar termasuk ke dalam internal
environment. Jadi, sesungguhnya sangat sukar bagi kita untuk menarik batas yang
tegas antara “diri kita sendiri “ dengan “lingkungan kita “.
Yang dimaksud dengan lingkungan social ialah semua orang atau manusia
lain, yang mempengaruhi kita. Pengaruh lingkungan social itu ada yang kita
terima secara langsung dan ada yang tidak langsung. Pengaruh secara langsung,
seperti dalam pergaulan sehari-hari denga orang lain, dengan keluarga kita,
teman-teman kita, kawan sekolah, sepekerjaan dan sebagainya. Yang tidak
langsung, melalui radio dan televise, dengan membaca buku, majalah,surat kabar
dan sebagainya dan dengan berbagai cara yang lain.
Demikianlah jika kita hubungkan kembali antara
pembawaan/keturunan ( heredity ) dan lingkungan dalam hal pengaruhnya terhadap
perkembangan manusia, dapatlah kita katakana sebagai berikut : sifat-sifat dan
watak kita adalah hasil interaksi antara pembawaan ( heredity ) dan lingkungan
kita. Dalam hal ini pengertian kita harus kita tekankan pada kata interaksi.
Antara keduanya hereditas dan lingkungan itulah yang menentukan bagaimana
hasil/ keadaan / perkembangan aspek-aspek tertentu daripada manusia.
Hubungan
Manusia/individu dengan lingkungan
Allport merumuskan kepribadian manusia itu
sebagai berikut : “kepribadian adalah organisasi dinamis dari pada system
psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik ( khas )
dalam menyelesaikan dirinya dengan lingkungan”.
Dari definisi tersebut jelas bahwa kepribadian
manusia tidak dapat dirumuskan sebagai suatu keseluruhan atau kesatuan individu
saja, tanpa sekaligus meletakan hubungannya dengan lingkungannya. Kepribadian
itu menjadi kepribadian apabila keseluruhan system psikofisiknya, termasuk
pembawaan, bakat, kecakapan, dan cirri-ciri kegiatannya, menyatakan diri dengan
khas dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya.
Menurut woodworth, cara-cara individu itu
berhubungan dengan lingkungannya dapat dibedakan menjadi empat macam :
- Individu bertentangan dengan lingkungannya,
- Individu menggunakan lingkungannya
- Individu berpartisipasi dengan lingkungannya
- Individu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Sebenarnya keempat macam cara hubungan
individu dengan lingkungannya itu dapat kita rangkumkan menjadi satu saja,
yakni bahwa individu itu senantiasa berusaha untuk “ menyesuaikan diri” ( dalam
arti luas ) dengan lingkungannnya.
Dalam
arti yang luas menyesuaikan diri itu berarti :
1)
Mengubah
diri sesuai dengan keadaan lingkungan ( penyesuaian autoplastis )
2)
Mengubah
lingkungan sesuai dengan keadaan ( keinginan ) diri ( penyesuaian diri
autoplastis).
Pengaruh
hereditas terhadap sifat manusia
Komodita dkk menyimpulkan secara umum mengenai
efek hereditas dan lingkungan terhadap sifat manusia, termasuk intelegensi,
sebagai berikut :
- Hereditas menetapkan batas perkembangan yang dapat dilakukan oleh lingkungan. Bagaimanapun juga besarnya dampak stimulus lingkungan yang diterima oleh organisme namun perkembangan organisme yang bersangkutan tidak dapat melampaui batas yang telah ditetapkan oleh factor keturunan. Sebagai contoh, bagaimanapun usaha mendidik seekor monyet, ia tidak akan pernah dapat menyamai manusia.
- Lingkungan dapat memodifikasi efek hereditas. Suatu lingkungan yang buruk dapat saja mengubah warisan sifat seseorang yang baik semata-mata karena ia berada dalam asuhan lingkungan tersebut.
- Tidak ada satupun karakteristik atau perilaku yang tidak ditentukan bersama oleh factor lingkungan dan factor keturunan. Lingkungan dan keturunan berinteraksi dalam mempengaruhi perilaku. Dengan kata lain, hereditas menentukan apa yang dapat dilakukan oleh individu sedangkan lingkungan menentukan apa yang akan dilakukan oleh individu.
- Factor lingkungan tampak kurang berperan dalam membentuk karakteristik fisik. Tapi cenderung lebih berperan dalam membentuk karakteristik dan kepribadian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar